Selasa, 10 Januari 2012



SELAYANG PANDANG STASI ST. PETRUS LUMBAN SIMBOLON

I. Masa Pembangunan
Dari situasi yang dirasakan mendesak oleh beberapa Umat yang berdomisili di dusun Lumban Simbolon untuk mendirikan Stasi baru di Desa Lumban Simbolon, dengan alasan karena jarak tempuh ke Stasi Paratusan sebagai Stasi Induk sudah sangat jauh, sekitar 4 km. Maka dengan ini, beberapa umat Katolik yang bertempat tinggal di dusun Lumban Simbolon berinisiatif mulai membuka Stasi baru di dusun tersebut.
Setelah konsultasi dengan Pastor Paroki masa itu, yakni P. Antony Scerry O.Carm mereka mulai persiapan dengan membuat peribadatan setiap hari Minggunya yang dipandu dan dibantu oleh Bapak Rikkot Simanjorang salah seorang pengurus dari Stasi Paratusan sebagai Stasi Induk. Mereka beribadat di rumah Bapak Petrus Simbolon (+). Dalam setiap pertemuan peribadatan mulai direncanakan untuk membangun Gereja baru juga setelah adanya rekomendasi dari Pastor Paroki waktu itu.
Tahun 1985 Stasi Lumban Simbolon berdiri dengan ukuran gereja waktu itu 5x7m dengan keadaan darurat, atap dari lalang, dinding dari tepas dan lantai tanah. Jumlah umat Katolik waktu itu 10 kk ditambah umat yang dengan sukarela menggabungkan diri menjadi Katolik dari gereja Protestan sebanyak 10 kk.
Areal pertapakan Gereja ini diberikan oleh Bapak Petrus Simbolon (+) dengan ukuran 40x40 m, yang dengan suka rela akhirnya masuk menjadi salah satu umat di Lumban Simbolon. Bukan hanya pertapakan, bahkan rumahnya dijadikan tempat peribadatan setiap hari Minggunya, sambil menunggu adanya bangunan gereja yang baru.
Dengan penyerahan pertapakan ini, pembangunan Gereja dimulai sesuai dengan rekomendasi awal Pastor Antony Scerry O.Carm waktu itu yang dilanjutkan pembangunannya oleh Pastor Agustinus Girin O.Carm. Setelah beberapa tahun ditempati, sesuai dengan hasil musyawarah bersama Umat, maka pembangunan dilanjutkan, dengan mengganti Gereja lama menjadi gereja semi-permanen (dinding papan, atap seng dan lantai semen) yaitu dari tahun 1985-1988 yakni dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan pembangunannya.
Setelah melihat kembali kondisi bangunan yang tidak lagi dapat menampung umat yang marminggu, maka direncanakan kembali membangun gereja yang permanen. Pembangunan gereja yang permanen ini dilaksanakan pada tahun 1997-1999, yaitu mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaannya, dengan ukuran gereja 9x14 m lengkap dengan bilik parhobasan, ukuran 3x3 m. Gereja ini diberkati oleh Yang Mulia Bapak Uskup Agung Medan Mgr. AGP Datubara OFM Cap tahun 2000.





II. Kepengurusan
Sebelum Bapak Sekiel Simbolon (+) terpilih menjadi KDS, Gereja ini masih dibantu pelayanan setiap hari Minggu dalam Ibadat oleh Bapak Rikkot Simanjorang salah seorang Pengurus Stasi Paratusan. Setelah stasi ini disahkan secara resmi sebagai stasi, maka yang terpilih menjadi KDS pertama adalah Bapak Sekkiel Simbolon (+). Bapak inilah yang menjadi peletak dasar iman Katolik di Stasi St. Petrus Lumban Simbolon. Setelah masa pengabdian Bapak Sekkiel Simbolon (+) selesai, terpilihlah KDS kedua yakni Bapak Asi Siringoringo. Bapak ini mengabdi sebagai KDS selama 3 periode, (tahun 1988-1997), pada masa inilah Gereja dibangun menjadi semi-permanen.
Dengan bangunan Gereja yang sudah semi permanen, berikutnya terpilih Bapak Lisson Habeahan menjadi KDS ketiga (tahun 1997-2003). Bapak ini mengabdi menjadi KDS selama 2 periode. Pada waktu itulah gereja dibangun menjadi permanen dan diberkati oleh Bapak Uskup Agung Medan, Mgr. AGP Datubara OFM Cap.
Dalam tahun 2003, terpilih Bapak Samosir Simbolon menjadi KDS keempat (tahun 2003-2006). Pada waktu akhir periode beliau Stasi Lae Simobi manjae. Sebagian umat Lumban Simbolon, termasuk KDSnya memilih ikut ke Stasi baru St. Martinus-Lae Simobi degan alasan tempat tinggal. Bapak ini terpilih menjadi KDS pertama Lae Simobi.
Periode berikutnya, terpilih Bapak Kurlen Simbolon menjadi KDS yang kelima (tahun 2006-2009). Saat ini Stasi Lumban Simbolon dipimpin oleh KDS Bapak Pardomuan Simanjorang yang terpilih menjadi KDS keenam (2009-2014).

III. Perkembangan Umat
Umat perdana stasi Lumban Simbolon sebanyak 20 kk, dan jumlah jiwa kurang lebih 120 jiwa. Dengan bertambahnya waktu, jumlah umat pun ikut berkembang. Sampai tahun 2005 jumlah umat mencapai 55 kk dengan jumlah jiwa kurang lebih 330 jiwa. Akhir tahun 2006 jumlah umat berkurang 43 kk karena 12 kk pindah menjadi umat stasi Lae Simobi yang memekarkan diri. Dalam dinamikanya, Gereja ini banyak mengalami pasang surut umat, terutama karena banyaknya umat yang pindah stasi atau pindah paroki karena mangaranto.

IV. Penutup
Demikian selayang pandang sejarah gereja dan perkembangan umat di Gereja stasi St. Petrus Lumban Simbolon sampai sekarang ini. dari sejarah perjalanannya banyak hal harus kita renungkan. Apakah kita akan berjalan di tempat, ataukah kita mau menjadi garam dan terang dunia.